Ilustrasi Seseorang berpikir Positif (Sumber: iStock (istockphoto.com)

Hampir semua orang pernah merasakan hal-hal yang sulit dalam hidupnya. Bertemu dan berada pada posisi yang sulit memang menguras pikiran, perasaan, waktu dan tenaga. Terkadang membuat badan terasa letih hingga kita merasakan sakit yang melelahkan.

Iya, Anda, saya, dan semua orang pernah merasakannya. Saya pun pernah merasakan langsung. Dikhianati oleh orang yang kita tuakan sendiri. Lebih tepatnya kawan sendiri. Namun, demikian apakah kita benci, marah dan kecewa? Tidak. Hanya mewaspadai untuk tidak terulangi dua kali. Iya, petuah orang tua dulu mengajarkan agar kita tidak jatuh pada lubang yang sama. Artinya, jika kita sudah mengetahui tabiat seseorang; entah kawan, sanak saudara atau keluarga, maka mengambil pelajaran adalah praktik yang baik di masa berikutnya. Tidak membiarkan melakukan hal yang sama, baik terhadap diri kita sendiri atau yang dapat merugikan orang lain.

Selalu berhati-hati tidak berarti kita tidak berpikir positif. Berhati-hati artinya kita akan selalu waspada terhadap kemungkinan yang akan menimpa kita dan yang dapat merugikan orang lain. Menyelaraskan pikiran kita dengan kenyataan atas pengalaman-pengalaman yang telah terjadi, sehingga kita tidak terjatuh pada peristiwa yang sama.

Berpikir positif di saat sulit akan menenangkan hati, menjadikan pikiran lebih sehat. Pikiran yang akan sehat akan menghasil cara pandang yang sehat. Dan ini akan memberikan dampak pada tindakan yang akan kita lakukan. Tentu tidak mudah, tapi bukan berarti hal yang sulit. Semuanya dapat ditata dengan memperbaiki cara berpikir kita.

Berpikir merupakan fungsi kognitif di tingkat yang paling tinggi yang membutuhkan proses analisis berpikir. Melibatkan otak sebagai proses berpikir. Dengan kata lain, aktivitas berpikir adalah gabungan dari aktivitas kognitif psikologis dan emosional; pekerjaan yang dilakukan oleh otak dan hati. Seberapa besar peran diantaranya keduanya, sebesar itulah hasilnya. Jika otak lebih berperan, maka lebih rasional. Sebaliknya, jika perasaan lebih dominan, maka pertimbangan-pertimbangan emosi akan mewarnai sikap kita. Dalam setiap masalah yang kita alami, dua hal tersebut saling mewarnai.

Kedua-dua bisa baik atau buruk tergantung pada peristiwa yang dialami oleh setiap orang. Berpikir dengan cara rasional atau emosional sangat bergantung sama kebiasaan-kebiasaan dari pengalaman hidup kita.  

Dalam konteks berpikir positif, terkadang tidak semua orang dapat melaluinya ketika dihadapkan pada peristiwa yang sangat sulit. Dan itu adalah pembelajaran yang paling mahal dalam hidup seseorang karena menghadapi kenyataan, baik terhadap masalah itu sendiri secara eksternal atau pun yang datang dari dirinya sendiri (bersifat internal). Iya, seseorang akan berhadapan langsung dirinya sendiri; dengan pikiran dan emosi yang dia ciptakan sendiri.

Bagi yang sehat pikirannya, dan stabil emosinya maka dia punya langkah-langkah sendiri dalam menghadapinya. Bisa dengan langsung mengambil keputusan setelah mengetahuinya persoalan sesungguhnya atau dengan merenungi (refleksi) terlebih dahulu sebab yang terjadi dan akibat ketika melakukan tindakan-tindakan selanjutnya. Dia punya batasan tersendiri dalam pikirannya.

Bagi mereka yang tidak siap, akan menggunakan jalan pintas. Lari dari kenyataan, dan tidak menyelesaikan sama sekali atau pun setengah-setengah dengan membiarkan berjalan begitu saja dan menunggu waktu yang menyelesaikannya. Tentu, ini sikap yang tidak baik karena tidak ada proses di dalamnya. Tidak ada pembelajaran.

Iya, setiap orang punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Cara menyelesaikan sangat bergantung pada pengalaman-pengalaman yang telah dijalaninya.

Mereka yang berpikir positif terhadap berbagai peristiwa akan memiliki kecenderungan untuk tidak membuatnya menjadi masalah atau mempersoalkannya. Bukan acuh tak acuh, tapi melihat pada sisi yang lain yang lebih penting dari sekedar masalahnya. Tentu ini tergantung pada masing-masing orang terhadap situasi yang dialami dan tingkatan masalahnya.

Tentang hal-hal baik yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga pikiran positif di situasi yang sulit, diantaranya: [1] menganggap bahwa masalah adalah sebagai warna kehidupan, akan datang silih berganti, [2] setiap orang punya masa sulitnya masing-masing, maka menghadapinya adalah pembelajaran yang baik untuk masalah-masalah berikutnya, [3] mintalah saran dari orang-orang terdekat yang dipercayai, libatkanlah mereka untuk memberi penguatan, minimal dapat menenangkan kita jika pun tidak memberikan alternatif solusi, [4] selalu munculkan kata-kata positif dalam benak kita, ulangi dan rasakan setiap kata yang dikeluarkan, hal itu akan memicu kita semakin tenang dan tetap terkontrol, dan terakhir [5] setelah upaya sebelum dilakukan, maka dengarkan suara hati dan ambillah keputusan untuk menghadapinya.

Dengan terus mengasah diri dan memahami setiap masalah-masalah yang terjadi dalam hidup kita, maka masalah itu akan menjadi sesuatu yang “biasa” terjadi. Tidak menghabiskan energi secara berlebihan untuk terus memikirkannya. Menjadikan setiap permasalahan menjadi bagian dari tantangan yang harus dikelola. Karenanya, dengan tetap berpikir positif pada setiap kesulitan yang terjadi, menjadikan kita tenang dan tetap stabil. Terhadap seseorang yang dianggap sumber masalah, memaafkan dia dalam diam dan berhenti memikirkannya akan mengarahkan pikiran kita kepada hal-hal yang lebih bermakna.

Tagged With:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *