Maja Labo Dahu: Salah satu pegangan hidup bagi pengantin baru pada masyarakat Bima
The form of marriage in Indonesia varies greatly. The diversity of ethnic groups makes Indonesian culture very rich in traditions, languages, noble values that guide the lives of its supporting communities, including the wedding procession. This wedding procession is quite diverse, depending on who and which tribe organizes it. For example, the fantastic value of panaik in the Bugis-Makassar tribe, carrying out the pingitan tradition in Javanese society, carrying out the merariq procession in Sasak society, the tradition of proposing to men in Minangkabau society, and many more.
If most people prepare a wedding by focusing on the core event or wedding ceremony, this is not the case with the Mbojo (Bima) community in West Nusa Tenggara. Bima people who will marry off their sons and daughters are more focused on preparing the early life of their children in navigating the household ark.
read more in link https://indonesiasentinel.com/2023/06/27/life-philosophy-of-maja-labo-dahu-for-newlyweds-in-bima-society/
About The Author
Rahmin Meilani Putri
Sejak mengenal Sastra Indonesia, penulis cukup aktif terlibat dalam forum-forum diskusi ringan yang banyak berbicara tentang sastra mulai dari sudut pandang sosiologi sastra, feminisme, sastra lisan, tradisi lisan, dan problem atau masalah-masalah sastra lainnya. Saat ini, penulis sedang fokus mengamati dan menulis permasalahan-permasalah feminis dalam karya-karya sastra Indonesia (lokal maupun nasional). Bagi penulis, membaca sebagai perempuan, membaca persoalan perempuan, penulis sebagai perempuan, dan membaca tulisan perempuan itu adalah hal yang tidak pernah bosan untuk dilakukan. Ketertarikan ini bukan hanya karena penulis adalah seorang perempuan, tetapi ada banyak hal yang menarik dalam dunia perempuan yang seolah tak pernah akan putus untuk dibicarakan.