Istilah yang senada dari gagasan dikenal dengan ide, pikiran, pandangan, atau pendapat. Tentu saja istilah tersebut punya penempatan yang berbeda-beda sesuai dengan konteks dengan apa yang dimaksud. Terlepas dari penempatan penggunaan istilah tersebut, yang pasti gagasan merupakan hasil dari apa yang dipikirkan; atau ide. KBBI Daring (2016) menyebut ide sebagai “rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita”. Apa yang kita pikirkan, kita rencanakan, atau kita impikan bersifat pribadi dan hanya kita sendiri yang mengetahuinya. Gagasan atau pikiran akan diketahui oleh orang lain ketika kita menyampaikannya, bisa melalui komunikasi lisan atau pun tulisan. Keduanya punya kadar waktu masing-masing, tergantung situasi dan momentum.
Dulu, di saat belum banyak media sosial seperti saat ini, para tokoh bangsa menyampaikan gagasan, pikiran, atau pandangannya melalui berbagai tulisan, walaupun beberapa diantaranya terdengar melalui audio dan terbatas. Namun, di era sekarang gagasan (ide), pandangan dapat ditelurkan dengan ragam media sosial dan layanan yang tersedia. Prinsipnya, apa yang menjadi pikiran kita, pandangan kita dapat tersampaikan ke khalayak (publik).
Ide atau gagasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak, tidak nyata, tidak terlihat. Hanya si pemilik gagasan yang paling mengetahui. Karenanya, dengan menyampaikan melalui lisan atau tulisan, orang lain akan mengetahui apa yang menjadi pikiran atau pandangannya.
Gagasan yang disampaikan melalui lisan atau tulisan punya karakteristik masing-masing. Dalam bahasa lisan misalnya, komunikasinya bersifat langsung (tuturan/ucapan yang disampaikan tidak bisa ditarik kembali), butuh lawan bicara (lawan tutur), harus sesuai dengan situasi dan kondisi di mana sesuatu ‘gagasan’ disampaikan. Sebaliknya, dalam bahasa tulis aktivitasnya tidak terikat pada situasi dan kondisi, tidak membutuh orang lain; hanya membutuhkan media bantu sesuai dengan alat yang digunakan, di samping mempunyai struktur bahasa yang terikat pada sistem gramatikal (kebahasaan) yang ketat, bersifat kohesi dan koherensi atas sesuatu ide (gagasan) yang ingin disampaikan. Dalam konteks ini, bahasa tulis menjadi lebih rumit, namun mampu menembus ruang dan waktu; tersampaikan ke banyak orang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, gagasan atas pandangan yang disampaikan dengan bahasa tulis (tulisan) usia waktunya melebihi usia penulisnya sejauh tulisan itu tetap tersebar dan dibaca.
Menulis adalah sebagai satu proses produktif. Aktivitas yang tidak saja sebagai satu keterampilan (skill) belaka, namun kombinasi dari berbagai kemampuan kognitif–psikomotorik lainnya dari empat keterampilan bahasa; menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing) yang saling berhubungan. Dalam menulis, struktur ide dan pikiran tersaji dan diuji publik. Semakin jelas dan sistematis ide yang disampaikan, semakin baik tulisan itu. Dengan kata lain, kemampuan si penulis dalam memilih dan memilah bahasa menjadi penting dikuasai.
Dalam konteks era digitalisasi seperti saat ini, maka kemampuan menulis, menuangkan ide dalam sebuah tulisan menjadi kreativitas yang harus “dilatih” dan “dibiasakan”. Kemampuan ini bukan hanya “milik” khusus guru, akademisi atau pun praktisi kepustakaan, tetapi siapa saja yang menekuninya bisa menulis, atau menjadi penulis sebagai sebuah profesi. Jika tidak, minimal mampu menulis apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, atau pun yang dialami.
Semua gagasan yang disampaikan dengan tulisan akan mempunyai nilai lebih, tidak saja bagi penulis sendiri sebagai sebuah catatan (memorial), atau untuk orang-orang terdekatnya, tetapi akan menjadi pengetahuan yang tak ternilai bagi para pembaca di zamannya atau pembaca di generasi berikutnya.
Akhirnya, pesan Imam Al Ghazali menjadi penguat kita, “Kalau kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Ungkapan ini sejalan dengan perkataan Ali bin Abi Thalib “Ikatlah Ilmu dengan Menulis”. Teruslah menulis, dengan menulis kita membagi rasa; membagikan apa yang kita pikiran. Dengan begitu, pikiran akan selalu terbuka.