Rektor Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) Bapak Chairul Hudaya, Ph.D., sapaan akrab beliau bang Irul, tidak pernah habis ide dan gagasan dalam mengembangkan kampus. Selalu ada “warna baru” dalam banyak kebijakannya, walaupun pada lapisan bawah [sebagian civitas akademica] terdengar suara “samar-samar” yang menolak [menentang] atas beberapa kebijakannya. Dan itu, menurut saya sesuatu yang biasa dalam setiap kepemimpinan, di mana pun selalu ada. Tidak semua orang menerima, dan tidak semua orang juga menolak, termasuk dalam kepemimpinan di lingkungan paling kecil bernama keluarga.
Ada banyak peningkatan telah dicapai, dari peningkatan akreditasi program studi hingga institusi (universitas) yang mendapat predikat Baik Sekali. Dari proses penyatuan dua kampus (UTS & IISBUD) dan bertambahnya jumlah program studi dan pengembangan fakultas menjadi poin tersendiri. Artinya, bertambah jumlah dosen, fasilitas, dan semakin banyak pilihan dari setiap mahasiswa yang ingin memilih studi di UTS. Tentu banyak prestasi lainnya yang tidak hanya berkaitan dengan pembangunan fisik, namun ada yang tidak terlihat dan punya dampak yang besar, seperti perangkat sistem dan regulasi yang menjadi tata kelola kampus hingga berkembang ke arah yang lebih baik.
Konsep Cara kerja melalui NgebUTS – yang awalnya sebagai branding dari motor listrik, kemudian diasosiasikan dengan “cara kerja cepat, tidak perlu berlama-lama, efisien–efektif” yang oleh beberapa kalangan civitas akademica menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi mereka yang belum siap beradaptasi dengan berbagai perubahan – situasi kekinian; yang sejatinya perubahan itu terjadi setiap hari, dimulai dari cara berpikir hingga membentuk aksi dan kebiasaan.
Kembali ke branding ala UTS. Selain ada istilah Salut (Solusi ala UTS) yang sudah berjalan banyak dan dirasakan manfaatnya oleh banyak kalangan: masyarakat, komunitas, dan pemerintah (stakeholder), branding ala UTS ini adalah pola kerja kolektif kolegial. Tidak berdiri sendiri atau hanya dengan membranding institusi semata, tetapi ikut membranding semua komponen yang ada di dalamnya, khususnya dosen sebagai orang pertama yang menjadi magnet dalam perkembangan dan kemajuan sebuah institusi.
Konsep kolektif kolegial dalam kebijakan branding ini dikemas dengan situasi kekinian, tentu punya daya tarik yang tidak langsung dirasakan. Tapi bertahap, mulai dari perubahan persepsi, penerimaan, ketertarikan, hingga mau bergabung atau ikut bersama pikiran-pikiran yang disampaikan UTS. Selain di branding institusinya, dosen juga membranding dirinya (personal branding) dengan bidang keahlian yang dimiliki dan peminatannya. Keduanya saling keterkaitan, saling melengkapi. Demikian konsep yang disampaikan sang Rektor selaku narasumber pada kegiatan workshop personal branding tiga pekan yang lalu (13 Juni 2023) di Ruang Multimedia STP.
Ya, berawal dari konsep membranding institusi dan personal dosen, kemudian diturunkan menjadi spirit ‘semangat’ baru dalam bentuk himbauan sekaligus kebijakan. Ya, setiap dosen harus bisa menyampaikan ide, pikiran, pandangan terhadap berbagai situasi kekinian dalam bentuk tulisan ringan – yang biasanya kita sebut dengan “tulisan populer”. Tidak semua orang suka membaca hasil-hasil riset atau jurnal penelitian, ini karena bahasan dari hasil-hasil riset yang sifatnya formal dengan bahasa yang baku tidak terlalu menarik untuk dibaca oleh khalayak (masyarakat umum). Karenanya, ide, pemikiran dan hasil penelitian tersebut harus dapat dikemas menjadi tulisan yang gaya populer sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Di sinilah letak briliannya ide Sang Penggagas. Dosen akan di uji kemampuan struktur berpikir adaptifnya melalui bahasa tulis yang ringan dengan tetap memperhatikan substansi ide yang ingin disampaikan. Menjadikan jurnal-jurnal penelitian menjadi bahasan yang lebih ringan dan sederhana.
Himbauan kebijakan untuk membranding diri (personal dosen) diturunkan menjadi salah satu persyaratan dosen yang akan mengajukan Klaim Remunerasi atau Remupen bagi semua dosen sesuai dengan surat edaran Wakil Rektor III, melalui Direktorat Riset, Publikasi, dan Inovasi universitas Teknologi Sumbawa Nomor 165/UTS.WRIII/TU/VII/2023 tanggal 4 Juli 2023 yang pada poin kedua (2) berisikan sebagai berikut: “Dosen diwajibkan memiliki Blog Personal Branding; minimal sudah ada postingan terkait dengan personal branding dari masing-masing dosen yang berisi tentang Profil Singkat, Background Penelitian & Keahlian, List Penelitian, Contact Person dan Link Google Scholar.”
Ungkapan “Menyelam sambil minum air” cukup relevan untuk proses personal branding institusi dan personal dosen sebagai kerja “kolektif kolegial”. Terbayangkan, dengan jumlah dosen selain menulis dalam banyak jurnal dan buku-buku akademis, kemudian sebagian dari hasil karya tersebut disederhanakan melalui tulisan ringan (tulisan populer) melalui wadah blog yang telah disiapkan, akan semakin masif dan tersebar luas ragam pemikiran dan gagasan dosen, dapat mencerahkan banyak kalangan. Dalam bahasa sang Rektor, Ide dan kerja-kerja nyata warga kampus semakin “membumi dan mendunia”. Di samping sisi positif lainnya, secara webometrics akan menaikkan peringkat atau menyejajarkan (posisi kampus) dengan kampus-kampus lainnya yang ada di Indonesia khususnya dan Dunia umumnya. Berdasarkan data Webometrics Ranking of World Universities pada Januari 2023, Universitas Teknologi Sumbawa berada pada peringkat 14697 universitas di Dunia dan peringkat 564 di Indonesia (Ranking Web of Universities: Webometrics ranks 30000 institutions.
Dengan memanfaatkan layanan yang telah ada (blog uts), ke depan peringkat UTS bisa semakin naik, baik ditingkat nasional atau pun dunia.