Mengikuti ragam pertemuan ilmiah atau semi ilmiah baik yang dilaksanakan secara langsung (offline), tidak langsung (online) atau pun dengan model keduanya (hybrid: offline–online) selalu saja ada hal-hal baru, baik berkaitan dengan topik yang dibahas atau dikursus dalam pertemuan banyak memberikan pandangan baru terhadap situasi kekinian dari banyak pengalaman, pengetahuan, keilmuan para narasumber atau peserta kegiatan. Hal-hal semacam ini akan memberikan dampak positif pada cara kita berpikir, cara pandang kita melihat berbagai persoalan, baik yang abstrak atau pun realitas dari berbagai peristiwa kehidupan, dan pada akhirnya akan memengaruhi pola tindakan yang akan kita lakukan.
Kegiatan-kegiatan tersebut bagian dari cara kita mengupgrade ‘meningkatkan’ diri, menambah pengetahuan dan wawasan baru pada banyak hal, secara khusus di bidang yang kita geluti. Seiring waktu, pengetahuan dan wawasan bertambah; menjadikan kita menguasai atau expert ‘ahli’ terhadap satu bidang yang memang kita tekuni.
Penguasaan terhadap suatu bidang tertentu akan menjadikan seseorang menjadi spesialis; mempunyai pengetahuan yang spesifik yang membuatnya bernilai lebih, lebih berarti, mempunyai ciri khusus dan menjadikan dirinya berbeda dengan yang lain.
Dalam konteks seorang penulis, entah sebagai seorang kolumnis, esais, cerpenis, atau novelis, atau researcher ‘peneliti’ pada topik-topik tertentu, lambat laun ketika secara kontinu dilakoni akan melekat pada namanya. Karena pada dasarnya, seseorang akan dikenal dan diingat ketika ia kontinu, konsisten terhadap apa yang digelutinya.
Menulis menjadi aktivitas rutin dan menyenangkan bagi mereka yang mencintai profesi ini. Tidak lagi menjadi hal yang melelahkan atau “beban berat” yang harus selalu dipikirkan. Hal ini karena menulis telah menjadi sesuatu yang “menyenangkan” dan menghidupkan dirinya, pikiran, serta perasaannya. Dalam konteks seorang dosen, makanya menulis menjadi satu keharusan karena terikat pada tugasnya, walaupun tetap tertatih-tatih. Ya, cukup melelahkan bagi yang belum memulai.
Hari ini, Senin tanggal 26 Juni 2023 melalui kegiatan FPH Talks Series 1 dilaksanakan oleh Fakultas Psikologi dan Humaniora Universitas Teknologi Sumbawa mengambil tema “Penulisan Buku dan Publikasi Ilmiah”. Penulis ikut berbagi (sharing) tentang proses penulisan karya ilmiah, khususnya tentang penulisan “Buku Ajar dan Buku Referensi” yang menjadi tuntutan dosen di perguruan tinggi sebagai bagian dari pelaksanaan tridarma.
Selain uraian tentang konsep, alur, pola, dan sistematika penulisan disampaikan berbagai tools (alat) pendukung dan penunjang penulisan coba dibagi, baik yang bersifat hard skill atau pun soft skill. Paling mendasar misalnya berkaitan memanfaatkan tools yang ada dalam Microsoft Word untuk kepentingan proofreading (ejaan), sistem desain tata letka (layout) untuk ukuran buku dan penempatan gambar, site tautan (link), pengutipan (sitasi) melalui manual sistem microsoft word atau pun tools untuk convert file dan penggunaan bantuan penerjemahan.
Selain pemanfaatan tools dalam microsoft word dan layanan google lainnya, juga beberapa aplikasi pendukung untuk pengambilan rujukan dibagi, mulai dari mendelay/zetero dan Publish or Perish hingga layanan website dan aplikasi dalam fitur AI (Contoh: ChatGPT), Google Book, Respetori Ilmiah Indonesia dan pengenalan indeksasi rumah jurnal dari yang istimewa (Scopus & Web of Science), Khusus DOAJ, SINTA, Index Copernicus, Ebsco, PubMed, ProQuest, dan umum (seperti: google scholar, Scilit, Base, dan lain sebagainya).
Pengetahuan dan pemahaman terhadap tools di atas akan membantu para penulis untuk mendapatkan data yang utuh sehingga mampu memilah dan memilih untuk menjadi informasi, selain cara kerja penulisan menjadi lebih efektif–efisien dengan tetap mempertahankan ide dari apa yang ingin disampaikan.
Media digital membuat kita lebih praktis dan terkadang cenderung instan. Media gadget yang kita pegang dengan berbagai layanan yang ada harus membuat kita lebih, dalam pengertian positif. Layanan dan tools untuk penulisan dapat dimanfaatkan sehingga ada warna baru dalam cara kita berpikir dan bertindak dengan teknologi informasi yang saat ini berkembang.
Menguatkan diri dan peserta yang hadir, penulis mengakhiri ulasan sharing dengan mengutip ungkapan Pramoedya Ananta Toer (1925–2006) seorang novelis Indonesia tahun 1940–an: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”