Hidup kita selalu di kelilingi dengan simbol-simbol, baik yang bentuknya abstrak atau pun konkret, bisa berkaitan dengan pandangan atau keyakinan (pemahaman) terhadap satu ritus tertentu atau aktivitas-aktivitas sehari-hari. Semuanya penuh dengan simbol-simbol. Dan simbol yang paling sederhana adalah media komunikasi berupa bahasa. Semua pesan tersampaikan melalui media ini (bahasa).
Sebagai alat komunikasi, bahasa menjadi satu sistem simbolik yang di dalamnya menyimpan satuan seperangkat sistem yang saling mengisi yang kita sebut sistem kebahasaan. Tersusun dari satuan sistem yang paling rendah bernama bunyi hingga tataran paling tinggi berupa wacana. Setiap satuan membentuk satuan yang lain, dan begitu seterusnya.
Di sisi yang lain, bahasa menjadi satu bagian dari satu kebudayaan. Kebudayaan dalam pengertian antropologi (KBBI Daring, 2016) didefinisikan sebagai “keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya” atau “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat”. Kebudayaan [budaya] diartikan sebagai “pikiran, adat istiadat, sesuatu yang berkembang, menjadi kebiasaan yang sulit diubah”. Semua aktivitas sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari faktor budaya yang berkembang sebagai sebuah tradisi; di dalam simbol-simbol melekat, baik dalam bentuk langsung atau pun tidak langsung. Prof. Dr. H.C. KPH. Koentjaraningrat (1923–1999) seorang pakar Antropolog memasukkan bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan.
Buku dengan judul “Bahasa dan Budaya” (2023) dengan nomor register (ISBN: 978-623-88527-0-3) mencoba mengulas bagaimana keterhubungan antara bahasa dan budaya dalam banyak aspek kehidupan, di dalamnya diuraikan proses pengenalan bahasa dan budaya, hubungan bahasa dan budaya, bahasa sebagai sistem simbolik, bahasa dalam konteks sosial, makna bahasa dalam konteks sosial, pragmatik dan bahasa dalam konteks sosial, variasi bahasa dan identitas budaya, bahasa dan gaya komunikasi, bahasa dan kekuasaan, bahasa dalam konteks pendidikan, bahasa dalam konteks bisnis, bahasa dalam konteks media, bahasa dalam konteks sastra.
Sebagai sebuah kumpulan buku (bunga rampai), penulis ikut berkontribusi dalam topik “Bahasa sebagai Sistem Simbolik” (Hal 35 – 34). Penulis menyoroti bahasa sebagai sistem simbol yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kehidupan manusia. Bahasa dijadikan sebagai satu kebudayaan dari suatu bangsa; di dalamnya ada adat istiadat dan nilai-nilai yang dijadikan sebagai pedoman dan ajaran hidup. Bahasa sebagai sistem simbolik menjadi kompleks karena manusia menjadikannya sebagai alat untuk berkomunikasi guna memperoleh pemahaman tentang dunia sekitar; yang di dalamnya akan merepresentasikan satu pandangan atau pemikiran, ide, konsep atau pemikiran tentang suatu objek tertentu. Dengan kata lain bahasa baik dalam bentuk lisan dan tulis atau bentuk non verbal lainnya sebagai gambaran atas makna yang terkandung dalam satu pandangan atau tradisi satu kelompok.
Buku ini hadir menjadi penguat literasi dari kumpulan buku lainnya guna menghadirkan pandangan atas realitas kekinian, khususnya dalam konteks bahasa dan budaya.