Di sela-sela aktivitas penginputan nilai mahasiswa setelah selesainya Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Tahun akademik 2022/2023, program Studi Psikologi kembali menguatkan rasa kekeluargaan dengan membuat rujak untuk sekedar saling berbagi dan menguatkan obrolan. Makan rujak “marujak” dalam bahasa Samawa. Ya, biasanya tema dalam obrolan sering muncul saat suasana santai dan asyik. Isinya bebas; dari hal-hal konyol hingga hal-hal yang sedikit berat berkaitan dengan aktivitas tridarma dosen sebagai tema yang cukup serius.
Untuk kelengkapan pembuatan rujak, Bapak, Ibu Dosen membawa kebutuhan rujak, seperti: buah kedondong, mangga, pepaya, dan buah nanas, dan salah satunya buah Jontal – nama buah yang baru bagi saya pribadi. Warnanya isinya putih seperti warna isi kelapa muda, tidak terlalu manis. Untuk rasa, masih hambar sebagai buah yang pertama kali saya coba. Selain perlengkapan rujak, beberapa teman juga membawa perlengkapan lainnya untuk bumbu rujak, seperti: gula merah, gula putih, cabai, asam, dan garam, dst. Alat masak sendiri, alhamdulillah sudah tersedia dan memang sengaja dibeli oleh lembaga (program studi) untuk kepentingan bersama.
Rasa pedas menjadi ciri khas saat makan rujak. Karenanya, terasa aneh alias “hampa” kalau rujak tidak ada rasa pedasnya. Makan rujak menjadikan suasana semakin asyik dan seru dengan berbagai obralan, khususnya letusan obrolan ‘candaan’ yang bersifat ‘dewasa’ untuk sedikit menghangatkan pembicaraan bagi beberapa dosen dan staf yang belum berkeluarga alias belum “menikah” – tepatnya membuat mereka sedikit “terpojok” mengakhiri masa kesendiriannya. Obrolan ringan namun riang seperti inilah yang menjadikan rasa kekeluargaan semakin hangat, akrab, dan jauh dari ketegangan ‘silang pendapat’ yang sengit.
Dalam konteks hubungan dengan anggota tim dalam satu institusi/lembaga, kegiatan-kegiatan ringan dan dapat menghangat suasana komunikasi harus terus dijaga dan dipertahankan. Hal ini karena sering sekali ketidakharmonisan terjadinya karena terhentinya komunikasi-komunikasi aktif–baik dalam interaksi. Namun, sebaliknya komunikasi yang baik, dan terjaga akan menumbuhkan kebersamaan, saling pengertian, dan mudah untuk saling memaafkan.
Program studi/fakultas merupakan sebagai satuan kecil dalam satu lembaga/institusi pendidikan di perguruan tinggi menjadi organisasi publik yang mempunyai anggota tim di dalamnya. Berbagai interaksi terbentuk dan terbangun. Kualitas komunikasi pimpinan juga berpengaruh terhadap efektivitas roda organisasi. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil riset Ramdhana, dkk. (2018) pada risetnya berjudul “Pengaruh Kualitas Hubungan Sesama Anggota Tim dan Kepemimpinan Bersama Terhadap Efektivitas Tim Pada Organisasi Publik”. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan positif terhadap kepemimpinan bersama, kepemimpinan bersama berpengaruh positif terhadap efektivitas tim, dan kualitas hubungan bersama anggota tim berpengaruh positif melalui kepemimpinan yang diterapkan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa adanya komunikasi yang terbangun baik lintas fungsional sebagai perilaku dari setiap pada organisasi yang membuat setiap tim lebih efektif.
Riset tersebut tentu tidak persis sama dengan konteks dalam tulisan ini. Namun demikian, membangun hubungan antar anggota dan upaya memeliharanya menjadi satu “keniscayaan” agar organisasi tetap tumbuh dan terus berkembang ke arah yang lebih baik. Dan, makan rujak bersama menjadi bagian kecil dari cara menjaga hubungan baik dalam suasana santai dan hangat.