Ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui) merupakan dua pilar gizi utama bagi janin dan bayi. Makanan yang beragam memiliki peran besar terhadap dua orang yaitu ibu dan janin atau bayinya. Bumil dan busui membutuhkan asupan gizi yang lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa sebayanya. Hal tersebut karena adanya gizi yang perlu ditransferkan dari ibu menyusui ke fetus serta dari ibu menyusui untuk memproduksi air susu ibu (ASI).
Dengan mudahnya persebaran informasi yang ada saat ini, perhatian asupan gizi bagi dua golongan ini memanglah meningkat. Namun, pemahaman sebagian masyarakat tentang asupan yang bertambah adalah dengan mengonsumsi porsi makan yang lebih banyak, terutama porsi makanan pokok yaitu nasi. Padahal besarnya porsi tidak sepadan dengan kecukupan gizi yang diperoleh oleh bumil dan busui. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada 39 responden ibu hamil dan ibu menyusui di Kabupaten Sumbawa dengan menggunakan metode 24 hours recall menunjukkan bahwa makanan pokok berpati merupakan mayoritas kelompok makanan yang dikonsumsi, sehingga asupan karbohidratnya lebih dari dua kali lipat (240%) dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan.
Asupan makronutrien seperti karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya obesitas karena zat gizi tersebut akan dikonversi menjadi lemak dalam tubuh. Bumil yang obesitas memiliki peningkatan resiko terkena hipertensi, diabetes selama kehamilan, serta meningkatnya kemungkinan melahirkan secara caesar (Davies et al., 2010). Bagi busui, obesitas juga memiliki dampak negatif karena dapat mempengaruhi komposisi ASI yang cenderung meningkatkan berat badan bayi dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak (Leghi et al., 2020).
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun mikronutrien juga harus dipenuhi bumil dan busui setiap harinya. Hal tersebut karena mikronutrien berperan penting dalam koordinasi dan keberlangsungan metabolisme dalam sel dan tubuh. Namun, kebutuhan mikronutrien seringkali lepas dari perhatian masyarakat. Terbukti di beberapa negara Asia kebutuhan kalsium, folat, serat, dan vitamin D masih berada di bawah rekomendasi yang ditetapkan. Berdasarkan penelitian kami bumil dan busi di Kabupaten Sumbawa defisiensi asupan asam folat dan serat pangan (20-40% di bawah AKG harian). Padahal, pada bumil, asupan asam folat yang cukup dapat mencegah neural- tube defect yang menyebabkan kegagalan pembentukan sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada janin.
Serat merupakan prebiotik yang berfungsi sebagai makanan bagi mikrobiota baik di usus besar. Saat ini konsumsi serat bukan hanya berfungsi dalam mempermudah proses defekasi, namun jauh dari itu, yaitu memodulasi jumlah bakteri baik agar mendominasi mikroflora usus. Jumlah bakteri baik seperti Bifidobacteria yang dominan dapat meningkatkan imunitas tubuh. Meskipun hingga saat ini belum ditemukan korelasi positif antara konsumsi serat dengan komposisi ASI yang ada pada busui, namun kecukupan asupannya tetap penting bagi golongan ini. Bumil dan busui merupakan golongan yang rentan terhadap penyakit karena ketidakstabilan hormon yang ada pada tubuh yang menyebabkan imunitas lebih rendah, sehingga dibutuhkan sistem pendukung yang kokoh. Konsumsi serat bagi bumil dan busui dapat meningkatkan imunitas dengan adanya modulasi populasi bakteri baik dalam usus besar.
Defisiensi konsumsi zat gizi mikro ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu akan sumber-sumber dan cara mengonsumsinya. Wilayah Indonesia yang kaya akan sayur dan buah juga dapat mengalami kekurangan asupan serat jika porsi sayur yang dikonsumsi tidak mencukupi. Terkadang masyarakat hanya melihat sayurnya tanpa melihat proporsi sayur dengan bahan yang lain. Misalnya berdasarkan penelitian kami, kebanyakan bumil dan busui mengonsumsi sup yang sayurnya sangat sedikit dibandingkan dengan air yang ditambahkan. Selain itu pilihan jenis buah yang dikonsumsi untuk mendapatkan serat yang cukup juga msih kurang tepat. Misalnya, ibu-ibu cenderung memilih pisang yang seratnya minim dibandingkan dengan buah lain seperti apel yang memiliki serat yang lebih banyak.
Pemberian suplemen telah dilakukan dalam rangka mengurangi defisiensi yang terjadi di Indonesia. Namun, dalam jangka waktu yang panjang, pengetahuan tentang kecukupan gizi dan konsumsi makanan yang beragam perlu disosialisasikan kepada masyarakat khususnya bumil dan busui. Hal ini dikarenakan dampaknya bukan hanya pada satu individu namun juga pada generasi berikutnya dan memiliki dampak jangka panjang.
Ditulis dalam : https://foodforkids.co.id/post/1366/2022-08-23/Gizi%20Ibu/Pentingnya-Kecukupan-Gizi-Bagi-Bumil-dan-Busui