Oleh: JUNAIDIN, S.Pd.,M.Psi
Dosen Psikologi Universitas Teknologi Sumbawa
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, yaitu mencakup pembangunan manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan . pembangunan manusia sebagai insan dan sebagai sumber daya pembangunan adalah menekankan pada harkat, martabat, hak, kewajiban sebagai manusia. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai yang terkandung didalam diri manusia baik etika, estetika, moralitas, maupun spiritualitas. Oleh karena itu pemahaman terhadap manusia merupakan suatu yang sangat penting untuk perhatikan baik dari segi umur, ekonomi, budaya dan pendidikan, salah satu yang menjadi prioritas perhatian ini adalah para “Joki Cilik” pada pacuan kuda. Sekolah Joki Cilik hadir sebagai pendidikan aternatif di arena pacuan kuda dengan tujuan meningkatkan motivasi hidup anak, motivasi belajar anak, minat, bakat, emosi, meningkatkan kognitif anak dan membentuk kecerdasan sosial para joki. Sekolah joki cilik ini merupakan sebuah gagasan pendidikan para dosen dan Unit kegiatan Mahasiswa Forum Psikologi Peduli (FORPSI) Fakultas psikologi Universitas Teknologi Sumbawa yang memiliki teknis, konsep pembelajaran khusus, yang berlandaskan nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan dengan pendekatan psikologis.
Pendidikan melalui sekolah joki cilik pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar para joki cilik di arena pacuan kuda, usaha ini juga terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar para joki cilik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kepribadian yang berakhlak mulia dan bermartabat di lingkungan pendidikan, keluarga dan sosial. Kehadiran sekolah joki cilik yang berlangsung selama beberapa hari di arena pacuan kuda memberikan suasana baru dalam pembelajaran secara langsung dengan berbagaimacam metode pembelajaran yang diberikan dengan tujuan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik antara dosen, relawan FORPSI, para joki, orang tua dan masyarakat yang ada di arena pacuan kuda. Sesuai dengan tujuan pendidikan, usaha ini dilakukan memberdayakan potensi manusia (joki cilik) guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Dalam aspek sosial budaya, pacuan kuda menjadi salah satu tradisi masyarakat di wilayah NTB khsusnya Sumbawa, Dompu, dan Bima. Even tradisonal pacuan kuda ini melibatkan banyak komponen dari berbagai kalangan kelompok sosial. Tradisi pacuan kuda dilaksanakan sekitar dua kali dalam setahun di beberapa wilayah (Sumbawa, Dompu dan Bima). Namun eksistensi sekolah joki cilik yang sering diadakan ketika pacuan kuda diselenggarakan di wilayah Penyaring Sumbawa Besar. Sorotan penting terhadap nilai sosial budaya, dan pendidikan yang terkandung dalam tradisi pacuan kuda terlihat bahwa joki cilik adalah sebagai instrumen untuk mendapatkan ketenaran dan kebanggaan bagi sekelompok orang. Usia Joki cilik yang seharusnya adalah masa transisi pertumbuhan dan perkembangan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah dasar, saat ini menjadi pusat perhatian di arena pacuan kuda dengan teknis dan kelincahan dalam menunggangi kuda pacuan yang sudah disiapkan dengan opsesi nilai ekonomis dan reward yang lebih. Fenomena joki cilik pada pacuan kuda yang melibatkan anak-anak dibawah umur 12-16 tahun menjadi sorotan dan kecaman para pemerhati anak, khusus Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Lembaga Pelindungan Anak (LPA), keterlibatan anak-anak dibawah umur ini dipandang sebagai bentuk eksploitasi terhadap anak. Sisi lain yang menjadi perhatian khusus Kami terhadap joki cilik adalah hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak kesejahteran sosial yang harus terpenuhi.
Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi Kami dan team FORPSI bahwa sekolah joki cilik penting untuk dilakukan sebagai solusi dari permasalahanya ada. Masalah tersebut kita menyadari bahwa pendidikan harus berlangsung kapan dan dimanapun, dengan begitu orang tua, guru, pemerhati anak, pemerintah dan lembaga-lembaga sosial sudah seharusnya senantiasa menanamkan nilai-nilai pendidikan yang sesuai dengan harapan anak (para joki cilik). Melalui sekolah joki cilik ini juga FORPSI mendorong pemerintah juga dapat memberikan solusi terkait dengan beberapa asumsi yang muncul dipublik saat ini seperti aturan untuk kesejahteran joki cilik, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, dan jaminan sosial anak.