KEPEMIMPINAN NARSISTIK, APAKAH KAMU ADALAH SALAH SATUNYA?

Kata narsistik mungkin tidak asing lagi bagi individu, karena kata ini sering kali digambarkan untuk menilai seseorang maupun melabelkan seseorang baik dalam hal positif maupun negatif.

Tapi taukah anda arti dan asal kata narsistik tersebut?

Narsistik berasal dari nama seorang tokoh mitologi Yunani yaitu Narcissus. Narcissus adalah seorang pemuda yang memiliki wajah tampan.  Dia adalah anak dari dewa sungai,  Kefissos. Ibunya adalah seorang nimfa bernama Liriope. Ketika Narkissos masih kecil, seorang peramal bernama Teiresias berkata kepada kedua orang tuanya bahwa anak mereka akan berumur panjang apabila tidak melihat dirinya sendiri. Akibat ketampanannya banyak yang jatuh cinta kepada Narkissos. Salah satunya nimfa tersebut bernama Ekho yang jatuh cinta kepadanya. Tidak seorang pun yang dibalas cintanya oleh Narkissos. Demikian pula Ekho. Ekho hidup dalam kesendirian dan kesedihannya. Dewi Nemesis mendengar doa Ekho yang cintanya ditolak tersebut. Nemessis mengutuk Narkissos supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Kutukan tersebut menjadi kenyataan ketika Narkissos melihat bayangan dirinya di sebuah kolam. Dia tak henti-hentinya mengagumi sosok yang terlihat dari pantulan air di kolam itu. Sampai matinya dia terus memandangi bayangan dirinya tersebut.

Narcisuss adalah subyek yang sangat popular dalam seni Romantik. Dalam psikiatri Freudian dan psikoanalisis, terminologi narsisisme merujuk pada tingkat self-esteem yang berlebihan, suatu kondisi yang biasanya adalah bentuk dari ketidakmatangan emosional. Dalam ilmu psikologi, nama Narcissus digunakan untuk menjelaskan gangguan kepribadian (Personality Disorder) yang dikenal sebagai gangguan kepribadian narsistik.

Narsistik adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga butuh dikagumi dan mendapat perhatian lebih. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya menjadi egois dan memiliki sedikit empati terhadap orang lain sehingga menimbulkan masalah dalam interaksi sosial.

Penderita narsistik umumnya terlihat sangat percaya diri. Namun, hal tersebut sebenarnya untuk menutupi harga dirinya yang sangat rapuh, misalnya hanya karena dikritik oleh orang lain. gangguan kepribadian ini juga dapat membuat penderitanya tidak bahagia atau kecewa jika tidak diperlakukan atau dipuji seperti yang mereka harapkan. Hal ini bisa menimbulkan masalah di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan atau lingkup sosial.

Narsistik ini lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan wanita. Beberapa penyebab seseorang mengalami gangguan kepribadian narsistik yaitu

  • Faktor genetik, yaitu riwayat narsistik dalam keluarga
  • Faktor lingkungan, yaitu pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan, menuntut, atau tidak memedulikan anak; atau pengalaman masa kecil, seperti penyiksaan atau trauma

Faktor neurobiologi, yaitu hubungan antara otak dengan pola pikir dan perilaku

Gejala Narsistik

Gejala narsistik dapat berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala tersebut dapat berupa:

  • Mementingkan diri sendiri (egois)
  • Merasa berhak dan perlu dikagumi secara berlebihan dan terus-menerus
  • Merasa lebih baik dari orang lain (superior) meski tidak memiliki pencapaian apa pun
  • Merasa istimewa dan hanya ingin bergaul dengan orang yang dianggap setara dengannya
  • Membanggakan pencapaian atau bakat diri sendiri secara berlebihan
  • Sering menghayal tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau pasangan yang sempurna
  • Menguasai percakapan dan meremehkan atau memandang rendah orang lain yang dianggap tidak setara dengannya
  • Berpura-pura sakit untuk mendapat perhatian orang lain
  • Mengharapkan perilaku khusus dan kepatuhan dari orang lain
  • Memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan yang diinginkannya
  • Tidak memedulikan perasaan atau kebutuhan orang lain
  • Merasa iri pada orang lain atau menganggap orang lain iri padanya
  • Memiliki sikap arogan atau angkuh
  • Menginginkan yang terbaik dalam semua hal, misalnya mobil atau pekerjaan terbaik

Bagaimanakah jika kepribadian narsistik ini ada di dalam organisasi atau kepemimpinan?

Rosenthal-Pittinsky mengutip 9 karakter personality disorder dari para narcissists dalam Amarican Psychiatric Association:

  1. Merasa diri besar dan penting
  2. Dikuasai oleh fantasi keberhasilan dan kekuasaan tanpa batas
  3. Percaya pada status “spesial” dirina
  4. Selalu butuh kekaguman yang eksessif
  5. Mengharapkan gelar-gelar yang tak masuk akal
  6. Eksploitasi interpersonal
  7. Tidak punya empati
  8. Iri hati
  9. Sikap dan perilaku arogan

Pribadi narsistik tidak segan-segan memperlakukan orang lain sebgai alat untuk meraih fantasi dan Obsesinya.  

Dalam kepemimpinan, perilaku Narsistik ini memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya, seorang pemimpin yang memiliki kepribadian narsistik biasanya dikenal karena Karisma dan Visinya yang kuat untuk pekerjaannya. namun, sisi negatif dari pemimpin yang memiliki kepribadian narsistik ini lebih kompleks dan eksessif, diantaranya:

  1. Arogansi; angkuh, puas dengan pendapat diri sendiri, tidak fleksibel dan mengabaikan masukan dari bawahan atau orang lain
  2. Memiliki perasaan inferior; dengan arogansi yang ia miliki, sejatinya itu hanya sebuah defence mechanism yang ia miliki untuk menutupi rasa rendah diri dan dan rasa terancam yang ia rasakan dari lingkungan sekitar maupun orang lain
  3. Superioritas atau kebutuhan tak terpuaskan akan pengakuan dari orang lain.; pemimpin narsistik memiliki banyak pilihan untuk membuktikan keahliannya. Ia biasanya lihai menggunakan retrorika untuk menjelaskan segala sesuatu yang bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian, bukan karena dibutuhkan oleh orangorang ang dipimpinnya. Biasanya ia akan menuntuk loyalitas dan pengabdian penuh dari para bawahannya yang biasanya disertai dengan ancaman dan lainnya.
  4. Pemarah dan Hipersensitif. Jika perintahnya tidak dilakukan oleh bawahannya biasanya pemimpin narsistik ini akan mudah merasa terancam dan tersinggung, sehingga akan cenderung memunculkan respon bermusuhan dan berlebihan kepada bawahannya.
  5. Tidak memiliki empati: pemimpin narsistik biasanya tidak mau tahu dan peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain atau bawahannya, karena ia beranggapan bahwa apa yang ia berikan adalah perintah yang harus dilaksanakan oleh bawahannya
  6. Paranoid; pemimpin narsistik biasanya akan mudah curiga dengan orangorang yang ada disekitarnya, walaupun ia dikelilingin oleh “Penjilat dan pencari Muka”

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *