Ada banyak orang yang jatuh sebelum sampai puncak yang diimpikan. Ada yang terpaksa menghabiskan nyawanya sendiri karena tidak sampai keinginannya. Ada yang tidak bisa berbuat apa-apa karena terbelenggu pikirannya sendiri, juga ada yang belum bisa memulai karena sedang menikmati. Di peristiwa yang lain, ada yang terpaksa mengambil yang bukan haknya karena ingin memiliki – korupsi, dan ada banyak peristiwa-peristiwa yang sering kita saksikan dalam kehidupan nyata kita. Seorang yang diberikan amanah, tidak bisa berbuat apa-apa dengan kewenangan yang dimiliknya, tidak bisa bergerak karena tersandera oleh bayangan yang ia ciptakan sendiri; oleh pikiran, cara pandang, dan cara-cara dia menyikapinya. Dan begitu seterusnya, manusia akan selalu dihadapkan pada fatamorgana yang dia buat sendiri, atau peristiwa-peristiwa sosial yang dia ada di dalamnya.
Waktu terus datang, dan pergi begitu saja. Bersamanya peristiwa-peristiwa kehidupan datang silih berganti. Tidak tertunda; tidak dimundurkan dan tidak juga dimajukan. Berputar sesuai dengan kodratnya.
Dalam hidup, ada yang baik, ada juga yang buruk. Begitu hukum alamnya. Ada yang terlihat benar, yang sejatinya salah. Ada yang benci, juga ada yang cinta. Ada yang marah, ada juga ceria, dan begitu seterusnya. Selalu beriringan setiap keadaan sesuai dengan kodrat dan sifat dasar diri manusia. Ada yang sabar menanti. Ada juga yang mengambil jalan pintas. Ada yang datang, juga ada yang pergi. Tidak selalu berada dalam riang ceria, sesekali waktu akan berduka dan sedih. Dalam suasana seperti itu, maka harapan harus tetap hidup. Harus tetap menyala. Harus tetap bercahaya. Karena hidup terus berjalan.
Merawat dan menjaga harapan adalah bagian praktik yang baik bagi setiap orang. Harapan adalah unsur psikologis dari sisi baik manusia. Harapan ini yang membuat seseorang bisa bertahan dalam keadaan terjepit atau diterpa ujian berat. Harapan inilah yang membuat seseorang menjadi berbeda dengan yang lain. Dia bisa bertahan atas kekecewaan yang menimpanya. Tetap bersemangat dalam kekecewaan. Dan wujud kekecewaan paling berat yang dialami manusia adalah dengan cara diam.
Bagi yang harapannya terus menyala, akan selalu ada warna kebahagiaan dalam diirinya. Tercermin dalam sikap dan tutur kata, juga dalam tindakan. Selalu berusaha menghadirkan kebaikan-kebaikan.
Seseorang mempunyai harapan, akan menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik dalam banyak waktunya. Selalu terbuka terhadap apa yang tidak diketahuinya.
Mereka yang mempunyai harapan, akan tampil stabil. Dia bisa saja bekerja di tempat yang sama, gaji dan upah yang sama, atau jenis pekerjaan yang sama. Yang berbeda adalah cara ia mengelola diri terhadap pekerjaannya. Cara ia beradaptasi dengan situasi-situasi yang tidak biasa. Cara dia meregulasi emosi agar tetap terkendali. Dan inilah cerminan dari kerja-kerja mental yang positif, yang dalam psikologi, sering disebut dengan well-being – keadaan seseorang yang tetap bahagia, sehat fisik, dan punya hubungan sosial yang positif dan mampu memuaskan dirinya.
Semua bagian-bagian di atas adalah bagian dari kerja-kerja mental. Mental yang baik akan melahirkan banyak sikap positif. Akan berdampak pada lingkungan tempat dia bekerja. Sebaliknya, mental yang buruk, akan mengganggu ritme dan iklim dalam bekerja.
Tetap selalu merawat harapan, menguatkannya dengan terus berpikir positif, melihat jauh ke depan, dengan tetap mengambil ibrah ‘pelajaran’ dari berbagai peristiwa yang terjadi.